1 Mar 2016

Tales of Ferdia: Chapter 19

CHAPTER 19
MATA, DAN TELINGA


==============
Pov Pjerre Swanhill

Setelah menempuh beberapa jam perjalanan sampai lah kami ke baroni Dunhill, baroni adalah sebuah wilayah khusus biasanya berupa sebuah kastil yang dipimpin oleh seorang berpangkat Baron. Baroni Dunhill adalah satu-satunya akses darat menuju ke wilayah ibukota Whitehill.

Kami nekat menuju kesana karena memang tidak ada jalan lagi, sebelum menuju kesana kami sempat berhenti untuk beristirahat beberapa kali, untungnya didalam perjalanan kami menemukan beberapa pohon yang memiliki buah, setidaknya kami tidak kelaparan dan juga kehausan.

Ahh sial, ternyata ada banyak tentara dari ibukota berkumpul disana, meski sama-sama tentara kerajaan tapi tidak semua tentara itu sama, karena tentara-tentara tersebut memiliki atasan yang berbeda-beda. Untuk melewati tentara yang ada di Dunhill saja sudah sangat sulit, apalagi ditambah penjagaan tentara dari ibukota.

"Bagaimana ini Pi?? Sepertinya mustahil untuk kita lolos" kata Bowie ragu.

"Tenanglah, lebih baik kita bersembunyi dulu.. Kita tunggu hingga malam hari nanti.." kataku menenangkannya.

"Tapi.. Apa kau yakin rencana mu berhasil??" tanya Bowie.

"Yah.. Mudah-mudahan saja.." harapku.

## Beberapa jam sebelumnya ##

"Hei Bowie, bisakah kamu melakukannya??" tanyaku.

"Lakukan apa??" 

"Coba, kau lemparkan tali ini dengan busurmu ke pohon yang ada diseberang sana??" pintaku.

"Hmm, baiklah akan kucoba"

Dengan segera Bowie mengikatkan sebuah tali ke sebuah anak panah, lalu ditembaknya panah itu ke sebuah pohon yang ada diseberang sungai besar ini. 

"Yaaa berhasil.." kata Bowie bahagia.

"Hmm Pi, apa kamu yakin kita akan menyebrangi sungai ini??"

"Tentu saja tidak, tapi kita akan membuat seolah-olah kita akan menyebrang kesana.." kataku menjelaskan.

Lalu dengan segera kubuat api yang cukup besar di sekitar sungai, dan ku berharap jika asapnya bisa terlihat dari jalanan utama.

"Oh, jadi kau ingin memancing tentara agar kemari ya??" tanya Bowie.

"Yahh, kau benar sekali.." jawabku.

"Nah, selesai semua, ayo kita cepat pergi dari sini.. Kita tinggal kudanya.. Bawa yang penting saja.." ajakku.

"Kita akan berlari??" tanya Bowie

"Yah.. Ini saatnya kita menggunakan hasil latihan kita selama beberapa bulan terakhir ini.."

Lalu kami berlari menuju Dunhill dan berharap rencana kami berhasil..

## Waktu sekarang ##

Akhirnya malam sudah tiba, akan tetapi keadaan masih saja ramai, sepertinya rencana ku gagal.. Ternyata mereka membagi pasukannya untuk mencari kami dan satunya untuk berjaga. Dari sore kami bersembunyi dibalik semak-semak yang rimbun sambil merunduk. Sudah saatnya untuk kami bergerak pikirku.

"Ayo Bowie, saatnya kita bergerak.." ajakku

"Ayo,," jawabnya

Kamipun segera bangun dan berjalan secara sembunyi menuju ke arah jembatan itu berada. Kami berhasil mengelabui beberapa penjaga yang sedang berpatroli, akhirnya sampailah kami di pusat kota, memang bukan kota besar, disini hanya ada beberapa toko dan penginapan saja. 

Kami memutuskan untuk bersembunyi lagi dibelakang sebuah bangunan, aku tidak tahu bangunan itu apa, tapi bangunan itu memiliki dua buah lantai. Ketika sedang bersembunyi tiba-tiba ada seseorang yang melihat kami disitu, karena curiga akhirnya orang itu mendekati kami. Bagaikan tersambar petir di siang bolong aku dan Bowie sangat kaget saat orang itu mendekati kami.

"Bagaimana ini?? Seperti kita ketahuan" kataku ketakutan.

"Sepertinya ini adalah akhir untuk kita.." timpal Bowie lesu, seakan ini adalah momen terakhir hidupnya.

"Siapa kalian?" teriaknya sambil memegang obor mendekati kami.

Kamipun tidak menjawabnya..

"Kalian bisu??" bentaknya lagi..

"Ahh, aku tau.. Kalian ini yang dicari-cari oleh tentara ibu kota ya?? Kalian pencuri yaaa???" timpalnya lagi..

"Bukaan.. Kami bukan pencuri.. Kamipun tidak tahu, kenapa kami dicari.." kataku mencoba menjelaskan.

"Ahhh, alasan saja.. Ayo sini ikut dengan ku.." gertaknya sambil menampar mulutku..

Kami tidak bisa melawan, akhirnya kami mengikutinya, dibawalah kami ke dalam bangunan yang kami jadikan tempat bersembunyi tadi.

"Tuan, Baron.. Aku menemukan pencuri.." katanya.

"Pencuri ya?? Hahaha.. Yah aku sudah mendengar tadi pagi dari para cecunguk itu, kalau mereka sedang mencari seorang pencuri.. Tapi pencuri seperti apa, sampai-sampai dibutuhkan banyak tentara untuk mencarinya.." kata seorang pria yang menurut perkiraan ku adalah seorang pemimpin disini.

"Nah.. Serahkan dia padaku.. Kalian boleh tinggalkan kami" perintahnya ke anak buahnya itu..

Lalu kami diserahkan kepada pemimpin itu, dan dengan segera anak buahnya yang ada di ruangan tersebut keluar dari situ, termasuk orang yang menangkap kami..

"Hmmm, apa kalian lapar?" tanyanya

Kami tidak menjawab, kami hanya bisa tertunduk lesu..

"Kalian jangan takut, makan dan minumlah dulu.. Aku ingin mendengar cerita kalian.." katanya.

Tetap, kami pun tidak menjawab dan hanya bisa diam saja..

"INI PERINTAH DARIKU!!!" teriaknya kesal..

Melihatnya sangat marah, kamipun segera menuruti perintahnya, memang kami sangat kelaparan dan haus, karena kami tidak makan yang cukup dari semalam. 

"Nah, nikmatilah.. Setelah itu aku akan mendengar cerita kalian.."

Selesainya kami makan, lalu aku pun bercerita kepadanya semua kejadian dari tadi malam. Mendengar itu semua dia hanya diam dan kembali meminum cangkirnya yang berisi minuman alkohol itu.

"Sepertinya kalian butuh bantuan agar bisa keluar dari tempat ini, baiklah aku akan membantu kalian.. Sebelumnya perkenalkan namaku adalah Wolfrum, aku adalah seorang baron disini, aku yang berkuasa di tempat ini, jujur aku tidak suka ketika tentara ibukota itu datang beramai-ramai ketempat ini.. Itu sama saja melecehkan harga diriku..." dia bercerita panjang.

"Aku kenal baik dengan kakak sepupumu nak, dia orang yang baik.. Aku juga sudah diberitahu hal ini dari seseorang sebelum para tentara itu menuju kesini.." tambahnya lagi..

"Benarkah??" tanyaku penasaran.

"Yah, tentu saja.." katanya meyakinkan.

"Apakah anda tahu, sebenarnya apa yang terjadi??" tanyaku lagi.

"Apa kau yakin ingin mendengarnya?" balas ia bertanya.

"Yah.." jawabku yakin.

"Sebenarnya ini bukanlah urusanku, aku tidak peduli dengan politik yang ada di kerajaan ini. Lagipula aku bisa menjadi baron disini bukan karena aku berasal dari keluarga bangsawan, tapi karena prestasiku sendiri."

"Aku diberi tahu oleh kenalanku, dia orang yang memiliki kendali besar di kerajaan, aku tidak akan beri tahu kalian siapa itu, Pjerre sebenarnya kau adalah anak haram raja..." sambungnya.

Bagaikan tersambar petir, aku sangat shock mendengar hal itu.. Aku yang tidak tahu wajah ibuku, apalagi ayahku, tiba-tiba mendengar pernyataan tersebut.

"Baaa.. Bagaimana bisa??" kataku sambil menahan gejolak di hati.

"Tenanglah Pi.." kata Bowie sambil menenangkanku.

"Tidak banyak yang tahu tentang hal ini, bahkan para pasukan tersebut juga tidak tahu akan kebenaran ini.. Mereka hanya menerima perintah saja.." kata Baron Wolfrum.

"Lebih baik kalian istirahat dulu, besok pagi-pagi sekali akan kubangunkan kalian, dan kalian bisa pergi dari tempat ini.." sambungnya kembali..

Lalu kami dibawa ke sebuah kamar untuk beristirahat, aku tidak bisa beristirahat dengan tenang malam ini akan tetapi lama-kelamaan aku pun tertidur juga, Pagi-pagi sekali kami pun dibangunkan oleh tentara di baroni ini, lalu kami dibawa ke sebuah kereta kuda. Kami berdua disembunyikan dibawah kereta tersebut, ternyata kereta tersebut mempunyai sebuah ruangan sempit dibawah alas kereta, lalu diatasnya ditaruh barang-barang yang akan dikirim ke luar kota.

Akhirnya kamipun berhasil keluar dari sini, akan tetapi aku dan Bowie belum sempat mengucapka terima kasih kepada Baron Wolfrum, dia membahayakan nyawanya sendiri demi keselamatan kami.. Setelah beberapa jam perjalanan, tiba-tiba kereta kuda tersebut berhenti. Terdengar barang-barang diatas kami diturunkan, tidak lama kemudian alas kereta pun dibuka, ah leganya. Akhirnya kami bisa bernapas dengan lega.

"Hei anak muda, turunlah, ini hadiah untuk kalian" kata seorang pria berumur setengah baya yang kuketahui dia adalah seorang pedagang, sambil memberikan kami sebuah tas yang sepertinya berisi perbekalan kami.

"Terima kasih banyak.." kataku

"Terima kasihhhh!!!" timpal Bowie.

"Yah sama-sama, aku hanya menerima perintah saja dari Baron, berterima kasihlah padanya.." katanya

"Oh iya ini surat dari Baron, bacalah.." sambungnya lagi sambil menyerahkan sebuah surat yang tersegel itu.

"Terima kasih.." kataku sambil menerima surat tersebut.

"Paman, dimanakah kita berada?" tanya Bowie tiba-tiba.

"Oh.. Ini di Mumford, kota kecil. Tapi terkenal dengan hasil minumannya,  Aku setiap hari membawa minuman dari sini untuk dibawa kembali ke Dunhill. Nah sekarang pergilah.." perintahnya mengusir kami.

Akhirnya kamipun pergi meninggalkannya, apa yah isi surat ini pikirku. Lalu aku membuka surat itu dan membacanya;

"Jika kalian membaca surat ini, sudah dipastikan kalian sampai dengan salamat di Mumford, setelah itu kalian pergilah menuju Redshore sebuah desa nelayan di timur kota Mumford, dari sana kalian menyebrang lah ke pulau Moreland, kota Gwyifur. Disana kalian carilah seseorang bernama Davis, dan tunjukan surat ini kepadanya, maka kalian akan aman.

Mohon maaf, aku tidak bisa memberi salam perpisahan kepada kalian.

Wolfrum"

Sudah ditetapkan, tujuan kami selanjutnya adalah Gwyifur.

BERSAMBUNG~

Tidak ada komentar: