15 Feb 2016

Tales of Ferdia: Chapter 16

CHAPTER 16
PENERUS TAHTA

=========

#POV Pjerre Swanhill

Senang sekali rasanya hari ini, karena kemarin aku berjumpa lagi dengan Jen. Meski pertemuan itu sangatlah singkat. Dia datang ke tempatku bersama gurunya, sepertinya gurunya tidak senang melihatku, wajahnya tampak sangat dingin saat menatapku. Aku perkenalkan Jen dengan Bowie dan teman-teman lainnya, mereka berkata kalau mereka sangat iri padaku, mendengar hal tersebut aku hanya bisa tertawa.

Kami hanya berbincang-bincang tentant keadaan kami di sekolah masing-masing, aku tidak berani bertanya kepadanya mengenai hasil penerawangannya, karena gurunya sama sekali tidak pernah jauh darinya. Jangankan untuk memeluknya, memegang tangannya saja gurunya selalu mendeham seakan-akan memberi tanda kepadaku agar tidak kurang ajar. Saat gurunya melakukan itu aku pun tertunduk malu, dan Jen ketawa dengan cerianya. Tapi aku senang akhirnya bisa melihat Jen tertawa kembali, aku merasa sudah melupakan kejadian buruk itu semua.

Walaupun kegiatan akademi sedang libur kami tetap saja berlatih masing-masing. Masih banyak yang harus kukejar, memang aku ini sedikit ambisius orangnya, yah setidaknya aku bisa membuktikan ke bibi, keluarga kak Lisa, dan juga kak Josef kalau aku memang bersungguh-sungguh ingin menjadi seorang ksatria.

Setelah meninggalnya Raja Gerald, banyak yang bertanya-tanya siapa yang akan meneruskan tahtanya, karena beliau tidak memliki seorang putra. Ada dua kandidat terkuat untuk meneruskan tahtanya, yaitu antara cucunya dari putri pertamanya yang masih berusia 2 tahun atau adiknya. Adiknya bernama Pangeran Albert, dia memliki dukungan penuh dari para bangsawan lainnya, karena cucu raja yang masih infant adalah hasil pernikahan Putri Mary dengan Pangeran Friedrich II dari kerajaan Arian. Jika cucu sang raja yang akan menjadi penerus raja, maka berakhirlah Dinasti Rivera yang sudah bertahta sejak awal kerajaan berdiri.

Meski demikian Pangeran Albert tidaklah begitu cakap berpolitiknya, dia orang yang cukup ceroboh dalam mengambil keputusan, oleh karena itu dia tidak berada dalam konsil kerajaan. Akan tetapi demi menjaga keutuhan dinasty maka banyak bangsawan lain yang mendukungnya. Mereka semua tidak ingin kerajaan Ferdia jatuh ke dinasti lain, karena akan merugikan mereka semua. Kira-kira itu semua yang diketahui saat ini.

Malam pun tiba, aku yang sudah kelelahan setelah latihan seharian memutuskan untuk beristirahat, akan tetapi tiba-tiba pintu kamarku digedor-gedor oleh seseorang sambil meneriaki namaku, sepertinya itu suara kak Josef, ada apa ia berkunjung malam hari seperti ini?

"Piee keluarlah." teriaknya.

"Ada apaa?" balasku sambil membuka pintu.

"Cepat rapihkan barang-barangmu dan pergi dari sini" perintahnya.

"Apaaa?" tanyaku kaget.

"Cepat kau lakukan saja, jika ingin hidup.." bentaknya.

Aku yang tidak tahu apa-apa langsung menuruti perintahnya, sepertinya perkataan kak Josef sangat serius sekali, apa yang terjadi aku tidak paham. Ada yang aneh darinya, ia berbeda dari biasanya, seakan-akan nyawanya ada diujung tanduk.

"Sudah selesai?" tanyanya.

"I..Iya..." jawabkut ketakutan.

"Mari, ikuti aku.." ajaknya keluar.

Aku mengikutinya, kami keluar dari asrama dengan tergesa-gesa, kami menuju arah hutan yang berada dibelakang gedung akademi kami, disana sudah tersedia dua ekor kuda, dan kudapati Bowie sudah berada disana. Apa yang sebenarnya terjadi?? Aku tidak begitu paham..

Bersambung~

Tidak ada komentar: