1 Feb 2016

Tales of Ferdia: Chapter 11

CHAPTER 11

REUNI YANG TAK TERDUGA


=========== 
Pov Pjerre Swanhill

*DUGG DUGG DUGGGG*

"AYO BANGUN!!!"

Terdengar suara pintu dipukul dari luar kamar kami, disusul suara orang membangunkan kami secara paksa.  Argh sungguh malas rasanya untuk bangun, badan ku sakit semua rasanya, ujian kemarin lebih berat dari pada latihan ku bersama kak Josef. Selama mendapat pendidikan di akademi militer kami tinggal di sebuah asrama, akademi ini memiliki beberapa gedung asrama, dimana setiap asrama memiliki 10 kamar dengan 1 kamar mandi di setiap kamar. Asrama kami bernama asrama Blackwood, nama yang tidak asing lagi bagiku, yah asrama ini mempunyai nama yang sama dengan nama keluarga Robert. Kudangar dari yang lain memang asrama ini dibangun oleh keluarganya, dan asrama lain dibangun keluarga yang lain.

Setelah kami bangun kami dikumpulkan dilapangan yang kemarin, tidak seperti hari kemarin pada hari ini ada banyak sekali murid yang lainnya, mereka semua adalah para calon prajurit yang lebih dulu bergabung dibandingkan kami, bisa dibilang kalau mereka adalah senior kami, walaupun ada yang seusia tapi mereka memang lebih senior di akademi ini. Kami semua berbaris sesuai dengan angkatan kami, terdapat 4 baris yang berarti ada 3 kelas selain kami. Memang akademi ini tidak ingin mempunyai banyak siswa, karena yang dicari adalah kualitas bukan kuantitas.

"Kalian para anak baru? Apakah kalian sudah menentukan ketua kelompok kalian?" tanya seorang pengajar.

Mendengar hal itu kami semua bingung, kemarin kami tidak diberi tahu apa-apa tentang ketua kelompok.

"Maaf, kami tidak tahu kalau disuruh membuat kelompok" tanya Robert sembari mengangkat tangannya.

"Baiklah, kalau begitu kau yang menjadi ketuanya." tunjuknya.

"Siap! Laksanakan!!" jawab Robert tegas.

Apa?? Hanya karena dia berbaris dipaling depan, dan dia yang bertanya, kenapa harus dia sih yang menjadi ketua kelompok kami?? Seharusnya aku saja, karena aku bertekad harus menjadi yang terbaik, dan menjadi ketua kelompok sebagai awalannya.

"Pada pagi ini, kita akan latihan fisik, untuk anak baru yang belum tahu, kita akan lari 10 putaran seperti yang kalian lakukan kemarin. Lalu dilanjut dengan istirahat dan sarapan pagi. Setelah sarapan pagi kalian akan mendapatkan kelas, mulai dari teori hingga praktik. Kelas dimulai jam 8 pagi, hingga 3 sore, setelah kelas kalian akan latihan fisik lagi hingga matahari terbenam, setelah itu kalian boleh beristirahat dan besoknya harus melakukan hal yang sama." jelasnya.

"Ada yang ingin bertanya??" sambungnya kembali.

"Untuk jadwal kelas dari mana kami tahunya?" tanya aku sambil mengangkat tangan.

"Kalian bisa melihat di mading cafetaria, kalian boleh mencatatnya jika kalian mau. Ada yang mau bertanya lagi?" jawabnya.

"Kalau tidak ada lagi, sekarang saatnya lari." sambungnya kembali.

Lalu kami semua berlari secara berbaris, karena kami anak baru kami berada di baris paling depan. Dengan udara yang masih dingin seperti ini ditambah perut kosong berlari 10km sangatlah berat, ditambah dengan membawa beban, tapi aku tidak boleh pingsan, akan sangat memalukan jika harus pingsan di hari pertama.

============

Selesai latihan fisik pagi kami semua bergegas ke asrama masing-masing untuk mandi dan berganti pakaian. Ternyata di dalam lemari kami semua pakaian kami sudah disiapkan, hebat sekali fikirku. Setelah rapi kami pun bergegas menuju kafetaria untuk sarapan bersama, disana sudah disediakan sarapan yang enak dan bergizi, kami tidak akan kelaparan, karena sarapan, makan siang, dan makan malam kami semuanya sudah disediakan secara gratis. Ya, bersekolah disini memang gratis, semua dananya ditanggung oleh pihak kerajaan, dan tentu saja uangnya dari pajak rakyat juga.

"Hei Pie.." sapa seorang dari belakangku.

"Ya??" jawabku sambil menoleh kepadanya.

"Ini aku Will.." katanya sambil menunjuk kearah wajahnya.

"Wi!!? Uhuuukkk!!" jawabku tersedak.

"Haha, akhirnya kamu menyusul ku kesini juga.." katanya ramah pada ku.

"Ternyata kau bersekolah disini?? Aku kira kamu ingin menjadi dokter." tanyaku polos.

"Yah memang, disini aku juga bisa menjadi dokter kok.. Hahaha.." jawabnya bercanda.

"Oh iya aku turut berduka Pi untuk paman Robert, beberapa bulan lalu orang tua ku mengabari ku kejadian itu, untungnya mereka selamat karena pada hari itu mereka sedang berada disini, tapi ketika mereka sampai rumah semuanya telah hancur.." sambungnya kembali.

"Yah, terima kasih Will.. Tapi aku sudah tabah menerima semuanya. Untungnya aku dan bibi ku masih diberi keselamatan, dan juga Jen. Oh iya, apa kamu tahu Jen sekarang sedang belajar di Arcana." kataku.

"Haa?!! Arcana?!! Bukankah itu sekolah sihir yang terkenal?! Hebat sekali, pasti dia sangat berbakat sekali.." jawabnya histeris.

"Hahaha iya.. Dia memang hebat sekali!!" jawabku sedikit sedih.

"Yasudah yah Pi, aku kesana dulu, teman-temanku sudah menungguku.. Nanti makan siang kita ngobrol lagi, oke?!!" pamit Will kepadaku.

"Oke Will." jawabku.

William Fleming dia adalah temanku dari kecil, dia pindah ke sini beberapa tahun lalu, tapi tak kusangka ternyata dia bersekolah disini, aku kira dia bersekolah di tempat lain. Dia berusia 2 tahun diatasku, walaupun sedikit tua dari ku, kita sering bermain bersama, aku dan Jen sudah menganggapnya sebagai kakak kami, karena dia yang paling dewasa diantara kami, walaupun dia berasal dari keluarga yang berada tapi dia tidak pernah bermanja dengan kekayaan orang tuanya, apa lagi setelah tragedi itu, pasti orang tuanya sedang kesulitan keuangan karena mereka harus membangun bisnis mereka dari awal lagi..

Bersambung..

Tidak ada komentar: