20 Jan 2016

Tales of Ferdia: Chapter 3

CHAPTER 3

HARI YANG MERUBAH HIDUPKU PART 3

==============================
Pagi telah tiba dan akupun terbangun dari tidur lelap ku, aku meraba-meraba sisiku tapi tak kudapatkan tubuh Jen, kemana perginya dia fikirku. Aku mencoba membuka mataku, terasa berat sekali rasanya, maklum aku memang susah sekali untuk bangun pagi, omelan bibiku saat membangunkanku sudah menjadi sarapan bagiku.

"Jen, kamu dimana?" aku pun bangun untuk mencarinya sambil mengucek mataku.

Aku berjalan kearah pintu gua sambil meneriaki namanya, tapi tak ada respon darinya. Tiba-tiba aku mendengar suara Jen memanggilku dari arah dalam gua, akupun berputar arah menyusuri sumber suara tersebut. Setelah berjalan cukup jauh dari tempat aku tidur semalam, aku mendengar sebuah suara air.

"Jen, kamu kah itu? Sedang apa kamu??" tanyaku sambil berjalan mendekati sumber suara tersebut.

"Kyaa.. Kamu jangan ngintip aku Pie" teriak Jen secara histeris sambil menutupi tubuhnya yang tak ditutupi selembar kain pun.

"Ahh, maaf Jen, aku tidak tahu.. Kalau kamu..." aku pun kaget bukan kepalang, secara refleks aku menutup muka ku dengan kedua tanganku.

"Tetaplah begitu Pie, aku mau memakai bajuku dulu". 

"Baik Jen." aku mengiyakan.

Lalu Jennifer naik keatas permukaan air itu yang dalamnya sekitar setengah meter. Jennifer pun menuju tempat menaruh pakaiannya, lalu ia memakai kembali pakaiannya tersebut.

"Sekarang kamu boleh membuka mata mu Pie.." pinta Jen.

Akupun membuka kedua mata ku, lalu tampak wajah Jen dengan rambutnya yang basah, dan juga bajunya sedikit basah karena tetesan air dari rambutnya, lalu Jen memintaku untuk segera mandi dan kami pun bersiap kembali ke desa.

Kamipun berjalan menyusuri hutan yang kemarin telah kami lewati, akan tetapi kali ini kami berjalan dengan santai sambil bersenda gurau. Akupun merasa bahwa ini adalah hari terindah yang pernah kualami, entah kenapa rasanya hati ini sungguh berdebar-debar dekatnya, aku juga merasa momen ini tidak ingin hilang secepatnya, apakah ini yang namanya cinta? Mungkin, aku belum pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya.

Setelah lama berjalan kami sampai ke sebuah bukit, dari bukit tersebut kami bisa melihat desa dari kejauhan, akan tetapi ada yang aneh dari pemandangan itu. Ada asap hitam menggumpal dari sana, ada apa? Kenapa ada banyak asap hitam dari desa? Apa yang terjadi??

============================

*Kembali ke beberapa jam sebelumnya*
POV = Gilbert Swanhill

Aku terbangun dari tidurku, kurasa badan ku sudah lumayan dibandingkan tadi pagi. Memang aku yang sudah berusia ini perlu banyak istirahat, tapi aku terlalu keras kepala, yang ada dipikiranku adalah bekerja di ladang saja. Hari sudah sore, aku merasa kenapa di rumah ini terasa sepi sekali, lalu aku beranjak dari ranjangku untuk mencari istriku, kemana perginya dia, dan dimana pula Pjerre. 

Aku berjalan menuju pintu rumah, ketika aku mencoba membuka pintu, aku pun berpapasan dengan istriku yang saat itu juga ingin masuk kedalam rumah kami. Tapi ada yang aneh dari wajah istriku itu, akupun mencoba untuk bertanya padanya.

"Bu, dimana Pi berada?" tanyaku.

"Entahlah yah, aku juga tidak tahu, justru aku habis mencarinya ke seluruh penjuru desa. Tadi siang saat dia kembali ke rumah, dia langsung pergi lagi sambil membawa bekal, mungkin dia ingin memancing bersama Jen, lalu aku pergi ke rumahnya Jen, dan kutanya ayahnya, beliau juga berkata tidak tahu dimana mereka berada, aku jadi khawatir." cerita istriku.

"Oh begitu, haha kalau begitu kamu tidak perlu khawatir, Pi sudah dewasa, mungkin saja dia sedang berkencan dengan Jen, haha namanya juga anak muda bu."

"Ahh, ayah ini.. Kenapa kamu sama sekali tidak mengkhawatirkannya sih sedikitpun.."

"Yasudah, mungkin nanti malam dia akan pulang ke rumah, atau besok pagi, aku tahu bagaimana perasaan Pie saat ini, karena gini-gini aku juga pernah muda loh bu, apa lagi saat aku berduaan denganmu, rasanya tidak ingin berpisah sebentar saja. Apalagi Jen anaknya baik dan dia juga cukup manis menurutku, mungkin dia anak termanis di desa ini hehe." aku pun mencoba menghibur kekhawatiran istriku.

Lalu kami pun kembali ke ruangan utama, sambil menunggu kepulangan Pie, seperti biasa kami berbincang banyak hal, tentang keadaan desa hari ini, dan juga ternak kami. Ketika sedang asyik berbincang dari luar rumah terdengar suara petir yang nyaring sekali, aku pun segera bergegas kearah jendela untuk mengintip keadaan di luar.

Keadaan di luar sangatlah gelap, dan tiba-tiba hujan deras turun dari langit, aneh memang, seharian cuaca sangat cerah dan kemungkinan turunnya hujan deras seperti ini sangatlah kecil. Tidak lama kemudian terdengar suara ramai dari luar rumah, aku pun dan istri berlari ke luar rumah untuk melihat ada kejadian apa.

Warga pada berlarian ke arah rumah kami, rumah kami adalah wilayah terluar dari pusat desa, lalu aku bertanya ada apa, "Monster-monster disana ada monster" hanya itu yang kudapat, lalu akupun berlari kedalam rumah untuk mengambil pedangku dulu, sudah lama sekali aku tidak menggunakan pedang ini. Dulu aku adalah anggota prajurit kavaleri (berkuda) kerajaan, tapi aku pensiun setelah ikut perang beberapa tahun lalu, hal itu dikarenakan kakiku menjadi pincang setelah jatuh keras dari kuda saat pertempuran.

Setelah kudapatkan pedangku, aku menyuruh istriku untuk lari dan ikut mengungsi dengan yang lain, dengan gagah berani akupun berlari kearah pusat desa untuk melihat keadaan disana. Hujan yang sangat deras dan dengan banyaknya orang yang berlari berlawanan arah denganku menyulitkan ku untuk bergerak dengan cepat, setelah ku sampai ke pusat desa aku tercengang dengan keadaan disekitar saat itu. Banyak berserakkan tubuh yang sudah terpotong dan tercabik-cabik, banyak darah di tanah yang sudah tercampur dengan air hujan, banyak rumah yang terbakar dan apinya menyambar ke rumah lainnya, keadaan saat itu sangatlah seram, bahkan lebih seram dengan keadaan pada saat pertempuran dulu.

Tapi aneh, tak kudapatkan penyebab dari kejadian ini, aku pun mengawasi keadaan sekitar untuk mencari mahkluk apa yang menyebabkan ini semua, kemana mahkluk itu hilang? Apa benar itu adalah sebuah monster. Tiba-tiba aku merasa bahwa bulu romaku berdiri, merinding, perasaan apa ini?? Lalu aku menoleh kebelakang dan disana tampaklah mahkluk setinggi 3 meter, dengan sosok yang aneh nan menyeramkan, dia memiliki kaki kuda, dan kepala singa, dan bereokor ular. Mulut dan tangannya penuh akan darah. Secara refleks akupun mencoba menyerangnya dengan pedangku, akan tetapi dia dengan mudah menangkis seranganku, ya, serangan dari pria berusia paruh baya yang tenaganya sudah berkurang drastis.

Sekejap akupun terhempas dari posisi awalku, apa yang terjadi? Aku tidak merasakan apapun barusan, cepat sekali ini terjadi, tubuhku yang terhempas itu pun menubruk sebuah rumah. Lalu dari mulutku keluar darah, ah sial, tulang belakangku sangat sakit, apakah patah? Entahlah, tiba-tiba aku tidak bisa merasakan apa-apa, aku merasa pasrah, yang ada pikiranku saat ini hanyalah wajah bahagia istriku, kedua anakku, cucuku dan keponakan ku Pjerre. Mataku pun lambat laun terasa gelap, apakah ini akhir hayatku? 

=====================

*Kembali ke waktu sekarang*
Pov = Pjerre Swanhill

"Apaaa. Apa yang terjadi?????" aku pun berteriak histeris.

Secara refleks aku pun berlari menuju ke desa, Jen mengikutiku dari belakang, aku berlari sangat cepat, mungkin itu adalah lari tercepatku selama ini, aku tidak pernah berlari secepat ini.

Sesampainya di desa aku pun langsung terkejut dengan pemandangan yang aku dapati, desa telah hancur lebur, banyak rumah-rumah yang hangus terbakar. Lalu aku pun segera menuju rumahku untuk mencari pamanku dan bibiku, tapi tidak kudapati mereka, hewan ternak ku banyak yang mati, lalu aku bergegas ke pusat desa karena daerah itulah yang paling parah keadaannya. Setelah sampai disana aku kaget dengan pemandangan yang aku dapati, banyak mayat berserakan disana, tubuh mayat itu banyak yang hancur, lalu aku melihat benda yang tidak asing lagi. Kudekati benda itu lalu ku ambil dan ternyata itu adalah pedang pamanku, pedang itu berada tidak jauh dari sebuah mayat, yang dimana tidak lain itu adalah mayat pamanku dengan keadaan yang mengenaskan, aku shock dan marah, akupun juga merasa bingung kenapa ini bisa terjadi?. Lalu terdengar suara Jen memanggilku, lalu kuhampiri Jen.

"Ada apa Jen?" tanyaku sambil mengusap air mata yang tumpah dari mataku.

"Itu Pie, paman itu sepertinya masih hidup, mari kita tolong dia" pinta Jen.

Aku pun dan Jen bergegas menolong orang itu, tapi keadaannya sudah sangat tidak tertolong, dia sangat sekarat, kami yang anak-anak ini tidak bisa membantu banyak, lalu orang itu bercerita semua kejadian semalam secara detail, mendengar itu aku pun kaget, ternyata pelaku semua ini adalah monster yang sama persis dengan yang ada diukiran gua kemarin. Setelah bercerita paman itupun meninggal dengan tenang, lalu aku dan Jen bergegas untuk pergi ke rumahnya untuk melihat keadaan disana.

Sesampainya di rumah Jen, rumahnya telah kosong, tidak ada seorangpun disana, lalu Jen pun menangis, secara refleks akupun menenangkannya sambil mengusap bahunya. Aku tahu Jen hal ini berat untukmu, tapi kemungkinan besar ayahmu dan bibiku masih lah hidup, karena kami tidak menemukan mereka diantara mayat-mayat yang berserakan itu.

Bersambung..

Tidak ada komentar: