26 Jan 2016

Tales of Ferdia: Chapter 7

CHAPTER 7

SEORANG PEMBURU

===================
(Pjerre Swanhill)

Tak terasa aku sudah tinggal disini selama 6 bulan, kegiatanku sehari-hari adalah bekerja membantu usaha kakak iparku, jenuh memang tapi untungnya disela waktu aku bisa berkomunikasi lagi dengan Jen melalui surat. Pada suatu hari aku disuruh kakak iparku untuk pergi ke luar kota yaitu Wreckham, kota tersebut tidaklah terlalu jauh hanya perlu memakan perjalanan setengah hari saja. Aku diutus kesana untuk bertemu dengan sebuah perajin tekstil, katanya mereka menawarkan produk yang baru, karena kesibukan kakak iparku maka dengan inisiatifku aku menawarkan diriku yang pergi kesana. Sebenarnya alasanku adalah karena aku cukup jenuh tinggal di Windsor, lagi pula pekerjaan ku memang lagi senggang sekali.

"Aku berangkat dulu ya!!" kataku. Aku berangkat menuju Wreckham dengan mengendarai kuda, dia kuberi nama Speedy, karena dia mampu berlari cukup cepat, aku ditemani 2 orang penjaga yang disewa kakak iparku, karena belakangan ini banyak kejadian perampokan oleh sekumpulan bandit di tengah jalan. Apa lagi jalur menuju Windsor banyak dilalui para pedagang dari berbagai macam tempat. 

Ditengah perjalanan tiba-tiba kami berhenti, karena di tengah jalan aku melihat seorang pria tergeletak. Lalu aku memutuskan untuk turun dari kuda dan mendekatinya, tapi para penjagaku melarangku untuk mendekatinya, mereka bilang mungkin ini adalah jebakan. Tapi bagaimana kalau bukan? tanpa pikir panjang aku mendekati tubuh pria itu, ketika kubalikan badan ia langsung menempelkan pisau ke leherku. Pisau itu disembunyikan di dekat perutnya, memang tidak terlihat karena posisi dia membelakangi kami.

"Jangan bergerak!!". perintahnya sambil berdiri.

Aku yang ketakutan tentu saja menurutinya, lalu datanglah 3 pria lainnya dari arah semak-semak dan mendekati kami, dengan cepat mereka menyuruh pengawalku untuk turun dari kuda dan langsung menghajar mereka. Para pengawalku tergeletak kesakitan, senjata mereka diambil agar mereka tidak bisa melawan, begitupun pedangku yang kudapat dari paman, diambil olehnya.

Aku mencoba melawan mereka, tapi aku kalah kuat dari mereka, akupun dipukuli sampai babak belur. Setelah menghajar kami sampai babak belur lalu mereka mengambil harta kami, memang tidak banyak yang mereka ambil, karena aku tidak membawa banyak bawaan, tapi bukan berarti aku tidak membawa uang sepeserpun. Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka pun mencoba kabur dengan kuda kami, tapi tiba-tiba dari kejauhan terlihat sebuah anak panah mengarah ke mereka, anak panah itu pun menusuk dada salah satu bandit tersebut.

"Arghhh" teriaknya kesakitan.

"Siapa itu???" teriak bandit lainnya.

Tidak lama kemudian datanglah anak panah lainnya dan mengenai mata salah satu bandit, kini hanya tersisa dua bandit. Terlihat sekali kalau mereka ketakutan, tapi bukan itu yang kupikirkan, tapi aku sangat kagum dengan tembakan panah tersebut, tembakannya sangatlah halus dan tepat sasaran.

"Rasakan ini!!" terdengar suara pria dari arah kiri kami.

Lalu dengan cepat anak panah ke tiga mengenai dada bandit ke tiga, lalu bandit keempat mencoba kabur tapi naas dengan cepat anak panah ke empat mengenai punggungnya. Sungguh hebat, dia bisa memanah secepat dan seakurasi itu.

Lalu datanglah seorang anak muda yang kutaksir seusiaku mendekati kami, anak itu bertubuh gempal dan tingginya hampir sama denganku. Itu pasti dia yang membantu kami, karena dia membawa busur panah dan anak beberapa anak panah di punggungnya. 

"Kalian tidak apa-apa??" tanyanya.

"Ahh, terima kasih" jawabku. "Siapa kamu?".

"Namaku David Jones panggil saja aku Bowie, aku adalah seorang pemburu, kebetulan aku melihat keributan disini, lalu aku mencoba bersembunyi dan membantu kalian" jawabnya.

"Oh.. Nama ku Pjerre Swanhill, panggil saja aku Pie". kataku sambil mengulurkan tangan kepadanya. "Terima kasih sekali telah menolong kami,".

"Hahaha, biasa saja, sudah menjadi kewajibanku untuk membantu orang kesulitan, omong-omong kalian mau kemana?" tanyanya.

"Kami sedang menuju Wreckham, kami berasal dari Windsor". jawabku sambi mengambil barang kami kembali.

"Hmm baguslah kalau begitu, aku juga sedang menuju kesana, aku tinggal disana, dan aku sedang perjalanan pulang ke rumah sehabis berburu rusa." jawabnya.

"Yasudah, kalau begitu bagaimana kalau kita kesana bersama-sama" ajakku.

"Baiklah Pie, tapi aku ambil hasil buruanku dulu yah disitu, aku meninggalkannya karena langsung pergi membantumu.".

Lalu dia pun mengambil daging buruannya, dan kami pun langsung bergegas menuju Wreckham, tidak lama kami pun telah sampai disana. Sesampainya disana kami langsung melapor kepada para tentara kerajaan yang bertugas disana, karena dijalan terdapat empat bandit yang terluka parah.

Untung sekali kami ditemani Bowie yang tinggal di Wreckham, jadi kami tidaklah sulit mencari alamat yang kami cari. Setelah bertemu dengan pengusaha tekstil tersebut dan bernegoisasi tentang harga maka sepakatlah kami pada harga yang menurut pihak kami dan mereka baik. Karena hari sudah mulai gelap lalu kami memutuskan untuk menginap semalam disini.

Bowie menawarkan kami untuk beristirahat di rumahnya, kami pun setuju dengannya karena dia adalah penyelamat kami. Dia tinggal ditempat itu sendirian, kedua orang tuanya telah meninggal dunia, ibunya sakit beberapa tahun lalu, dan ayahnya meninggal karena ikut berperang, Bowie sudah lama tinggal sebatangkara. Aku sungguh kagum kepadanya, padahal dia masih seusiaku, tapi dia sudah hidup sangat mandiri, dibandingkan denganku aku sungguh kalah jauh darinya.

Keesokan harinya kami pun memutuskan untuk kembali ke Windsor, tidak lupa kami berpamitan kepadanya.

"Terima kasih banyak Bowie, kami telah dipersilahkan beristirahat ditempatmu" kataku.

"Haha, tidak apa, kita kan teman. Tapi maaf yah karena tempat tinggalku sangat sempit, aku jadi tidak enak hati." jawabnya.

"Hahaha, jangan bicara seperti itu, yasudah kami pamitan dulu ya, oh iya lain kali kamu mainlah ke Windsor, aku akan menjamu mu tenang saja, disana banyak makanan enak loh, pasti kamu sangat suka." pintaku.

"Baiklah Pie, nah ayo kuantar sampai ke gerbang kota." ajaknya

Sesampainya kami di gerbang kami pun berpisah, aku menuju Windsor, dan ia pergi menuju hutan untuk mencari hewan buruan untuk dijualnya. Sungguh pengalaman yang baruku, selain aku bisa belajar menghadapi kerasnya jalanan, aku juga belajar bernegoisasi dengan pedagang lain, dan yang terpenting sekarang aku mendapatkan teman baru, teman yang akan menjadi sahabat terbaikku.

Bersambung..

Tidak ada komentar: