CHAPTER 8
SEORANG GURU
Setelah kejadian tempo hari aku hanya beristirahat di rumah, luka ku sudah sedikit sembuh, tapi masih sangat terlihat jelas bekas memarnya. Karena kejadian tempo hari tersebut kakak iparku merasa sangat tidak enak denganku, ia merasa bersalaha sekali. Tapi aku meyakinkan dia kalau itu bukan kesalahannya, tapi memang karena kecerobohanku, dan untungnya keberuntungan masih berada dipihakku, jadi aku masih bisa hidup sampai hari ini.
Karena kakak iparku merasa bersalah maka ia berjanji, jika aku sudah sembuh total aku akan dicarikan seorang guru beladiri pedang, mendengar hal itu aku sangatlah senang sekali. Dengan harapan agar cepat sembuh aku menjalani hari-hari seperti biasanya, sampai hari itu kami kedatangan tamu.
*Tok-tok* terdengar suara ketukan pintu di rumah kami.
"Siapa?" tanya salah satu pelayan rumah kami.
"Ini aku Josef" jawabnya dari balik pintu.
"Ahhh, tuan Josef silahkan masuk.. Nyona ada tuan Josef datang kemari" teriaknya sambil mempersilahkan masuk.
"Ahh Kak Josef, sudah lama sekali kita tidak bertemu" histeris Kak Lisa menghampirinya.
"Kak Josef!!" aku langsung berlari dari atas tangga menghampirinya.
"Hai Lisa, hai Pie.. Haha kau sudah besar Pie" katanya sambil tertawa. "Kemana ibu?" sambungnya.
"Ibuu! Kemari, ada kak Josef datang" panggil kak Lisa ke Bibi.
"Ahhh anakku, kau baik-baik saja nak?" tanya Bibiku langsung memeluknya.
"Aku sehat bu, maaf ibu aku baru bisa menemui kalian.." jawabnya sambil meneteskan air mata.
"Tak, apa nak.. Kami sudah ikhlas atas kepergiannya.. Yang penting kamu juga sehat saja disana"
Kak Josef sudah tahu dengan tragedi beberapa bulan lalu di desa, dia tahu beberapa hari kemudian setelah kejadian melalu surat dari anak buahnya. Lalu dia juga mendapat kabar dari kami melalui surat yang dikirim dari rumah Kak Lisa, dan setelah itu kami selalu berkirim surat.
"Istirahatlah dulu nak, pasti kamu lelah setelah berkendara jauh" pinta bibiku.
"Ah iya, loh Pie, ada apa dengan wajahmu?" tanyanya sambil menunjuk wajahku.
"Kamu berkelahi ya?? Hahaha" sambungnya.
"Huuuh, apanya yang berkelahi, malah aku yang dihajar sampai babak belur gini" jawabku kesal.
"Haa, baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kau kuajari basic bela diri.. Pria itu harus kuat loh Pie, apalagi kalau ada orang yang harus kita lindungi" candanya.
Dibilang begitu aku menjadi malu, muka ku memerah, dan tiba-tiba aku teringat kembali saat aku berciuman dengan Jen.
"Tuhkan wajahmu memerah hahahaha" ketawanya keras sekali.
Tiba-tiba keadaan di ruangan itu menjadi cair setelah sebelumnya sedikit dingin.
================
"Hai Pie.. bangun, ayo kita berlatih lagi." terdengar suara kak Josef membangunkanku.
"Ahh iya.. Sebentar lagi." jawabku dengan malas.
Hari ini adalah hari ketiga kak Josef berada disini. Setiap harinya dia melatihku bagaimana cara menggunakan pedang dan perisai. Latihan yang dia berikan kepadaku sangatlah berat, itu lah yang kurasakan. Tapi aku tidak ingin menyerah, aku juga ingin menjadi kuat sepertinya, makanya aku tidak ingin bermalas-malasan latihannya.
Sebelum memulai latihan, kami melakukan latihan fisik dulu, seperti lari, angkat beban dan lainnya. Melelahkan, sungguh melelahkan sekali latihan ini. Tapi setelah tiga hari melakukan hal ini tubuhku menjadi sedikit terbiasa, bagaimana kalau sudah sebulan, tapi tampaknya mustahil dia mengajariku selama itu, karena dia harus kembali ke markas 3 hari lagi.
"Nah, sekarang belajar bertahan. Kau harus menangkis semua seranganku Pie." tantangnya.
"Yah.. Baiklah" jawabku siap.
Aku sebisa mungkin menangkis semua serangannya, tapi gerakan kak Josef sangatlah cepat. Aku yang belum terbiasa ini sangat sulit mengimbangi. Pantas saja dia begitu disegani oleh pasukan lain, ternyata kemampuan yang ia miliki bukanlah isapan jempol belaka. Tidak terhitung jumlahnya serangan dia yang mengenaiku, kalau ini pertarungan asli mungkin aku sudah mati dari tadi, fikirku.
Kami berlatih dari pagi hingga sore hari, tentu saja kami juga beristirahat. Menurutnya tidaklah baik jika latihan terlalu diforsir, tubuh juga perlu diistirahatkan. Kak Josef sudah berlatih sudah dari lama, dari yang kudengar dia sudah berlatih pada usia jauh lebih muda dariku. Paman selalu mengajarinya, karena pada saat itu Paman masih aktif menjadi tentara. Tapi aku bingung, kenapa paman tidak mengajarkan aku bela diri, mungkin dia tidak ingin aku menjadi tentara, entahlah.
Tak terasa sudah hampir seminggu kami berlatih, hari ini adalah hari terakhir aku dilatihnya. Besok ia sudah harus kembali ke markas. Tapi dari pengalaman singkat ini aku mendapat banyak ilmu, yah setidaknya aku bisa mengikuti menu latihan yang ia berikan selama ini, jadi aku bisa berlatih sendiri dan tanpa bimbingannya.
"Yap.. Akhirnya latihan selesai. Kau cepat belajar Pie, padahal hanya seminggu kita berlatih, tapi gerakan mu sudah lumayan bagus. Sepertinya kau berbakat." pujinya kepadaku.
"Terima kasih kak, tapi ini berkat gurunya juga yang sangat hebat saat mengajari" pujiku tidak mau kalah.
"Bagaimana kalau kau ikut denganku Pie? Kau bisa bergabung dengan pasukan kerajaan." ajaknya
"Disana ada sebuah akademi militer, kau akan banyak belajar disana. Aku rasa kamu bisa menjadi hebat nantinya" sambungnya lagi.
"Benarkah?? Tapi, aku harus minta izin ke bibi dulu" jawabku ragu.
"Ahh biar aku yang bicara dengannya, kamu santai saja. Nah, yasudah kamu mandi sana, aku mau istirahat sebentar".
Malam harinya kak Josef berbicara dengan bibi, kak Lisa, dan kak William, pada awalnya mereka bertiga tidak setuju, akan tetapi kak Josef berhasil merayu mereka, dan akupun diberikan izin untuk masuk ke akademi, dengan catatan jika ada apa-apa aku harus mengabari mereka. Tentu saja aku setuju, lagi pula kak Josef juga tidak akan berada jauh dari ku.
===============
Keesokan paginya kami bersiap untuk pergi ke Ibu kota kerajaan Ferdia, Whitehill. Sebelumnya aku sudah membereskan barang apa saja yang ingin kubawa, tapi kak Josef berpesan padaku tidak perlu bawa banyak-banyak, secukupnya saja, karena perjalanan yang lumayan jauh dan akan sangat menyulitkan kami jika membawa banyak barang. Aku setuju dengannya, lagi pula disana aku juga bisa membeli keperluan, selain uang yang diberikan kak Lisa dan kak William, aku juga memiliki tabungan sendiri dari hasil kerjaku.
Sebelum berangkat aku berpamitan dengan orang-orang rumah terlebih dahulu, tapi aku senang karena kepergian kami tidak dibarengi tangisan, tapi dibarengin dengan dukungan penuh dari mereka. Kami berkendara melalui jalur yang kulalui kemarin saat menuju Wreckham, tiba-tiba aku teringat dengan temanku Bowie. Lalu aku meminta ke Kak Josef untuk singgah sebentar di Wreckham.
Sesampainya di Wreckham aku langsung menuju rumahnya, beruntungnya aku karena dia berada di rumah, karena biasanya dia jarang sekali pulang, dia sangat senang sekali hidup di alam liar sana. Niatku bertemu dengannya bukan untuk berpamitan, tapi aku mengajak dia untuk pergi bersamaku. Aku tahu dai memiliki bakat memanah yang sangat hebat, walaupun badannya gemuk, tapi dia tidaklah lemah. Setelah mendengar ajakanku dia berpikir, dan ia setuju untuk ikut denganku.
"Baiklah aku akan ikut.. Sebenarnya aku juga ingin pergi dari sini, tapi aku tidak mempunya tujuan kemana, mungkin sekarang saatnya aku pergi dari sini" katanya menenangkan hati.
"Yah.. Ini adalah awal kehidupan kita yang baru.." kataku semangat.
Lalu kami bertiga melanjutkan perjalanan kami menuju Whitehill. Perjalanan jauh kami tempuh, demi hari esok yang lebih baik lagi..
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar